hakekat mustika - pusat pemaharan benda bertuah, batu mustika asli, batu permata bertuah dan azimat pusaka ampuh. batu, mustika, benda, bertuah, pusaka, azimat, khasiat, antik, mistik, ghaib, ampuh, khodam, batu mustika, benda bertuah, pusaka bertuah, diantara koleksi yang kami maharkan seperti : batu mustika bertuah, benda berkhodam ganas ( khodam naga, khodam macan, dll) mustika yang berkhasiat khusus untuk perjudian, pengasihan, pesugihan, penglaris agung, pendinding ampuh, tolak black magic, pengeretan, kewibawaan, kerejekian, pelarisan, aura, pemagaran, tolak balak, popularitas, mustika mancing, karier, ketentraman rumah tangga, asmara, buang sial, dll. semua mustika kami dijamin asli dan alami kami dapatkan sebagian dari warisan - penarikan tempat gaib dan mistis serta yang lainnya. selain batu mustika, benda ghaib lainnya, kami juga memaharkan bermacam azimat dan pusaka, seperti merah delima, rantai babi, jenglot, minyak pusaka, susuk, pelet, bulu perindu, pesugihan, keris, tombak, pedang, trisula, benda ghoib, bambu pethuk, mani gajah tasbih, gelang, keris pusaka berkhodam, keris bertuah ampuh, keris pegangan jabatan, juga banyak lagi lainnya.

Sunan Ampel - Keturunan Nabi Muhammad

Sunan Ampel
Hakekat Mustika


Sunan Ampel

Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Ia lahir 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orang tua Raden Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati). Dalam catatan Kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng – seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu – menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil).
Sementara itu seorang putri dari Kyai Bantong (versi Babad Tanah Jawi) alias Syaikh Bantong (alias Tan Go Hwat menurut Purwaka Caruban Nagari) menikah dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabhumi) kemudian melahirkan Raden Fatah. Namun tidak diketahui apakah ada hubungan antara Ma Hong Fu dengan Kyai Bantong.
Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah.
Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong Tak Keng), keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa Arab dan Asia Tengah (Samarkand/Asmarakandi). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya. Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf. Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (= Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Dia datang ke Majapahit menyusul/menengok kakaknya yang diambil istri oleh Raja Mapajahit. Raja Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara (kelak Brawijaya VII) . Dipati Hangrok (alias Girindrawardhana alias Brawijaya VI) telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai keberatan jika Putrinya dijadikan istri Raja Majapahit, tetapi karena takut binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai dengan Raja Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai. Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan Ampelgading. Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali. Putra dari Putri Pasai tersebut wafat ketika istrinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Karena dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini (cucu Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri. Kelak ketika terjadi huru-hara di ibukota Majapahit, Putri Pasai pergi ke tempat adiknya Raja Bungsu di Ampelgading. Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi tersebut. Akhirnya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama Islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu. Petinggi Jipang dan keluarga masuk Islam. Raja Bungsu beristrikan puteri dari petinggi daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang perempuan diambil sebagai istri oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus senior/Undung/Ngudung), sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang. Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum.

Silsilah Keluarga Sunan Ampel

1.    Sunan Ampel / Raden Rahmat / Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
2.    Maulana Malik Ibrahim / Ibrahim Asmoro bin
3.    Syaikh Jumadil Qubro / Jamaluddin Akbar al-Husaini bin
4.    Ahmad Jalaludin Khan bin
5.    Abdullah Khan bin
6.    Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
7.    Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
8.    Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
9.    Ali Kholi’ Qosam bin
10.    Alawi Ats-Tsani bin
11.    Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
12.    Alawi Awwal bin
13.    Ubaidullah bin
14.    Ahmad al-Muhajir bin
15.    Isa Ar-Rumi bin
16.    Muhammad An-Naqib bin
17.    Ali Uraidhi bin
18.    Ja’far ash-Shadiq bin
19.    Muhammad al-Baqir bin
20.    Ali Zainal Abidin bin
21.    Imam Husain bin
22.    Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad
Dari silsilah tersebut dapat diketahui bahwa Sunan Ampel masih merupakan keturunan Nabi Muhamad. Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu. Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk keluarga besar Saadah BaAlawi.

Keturunan Sunan Ampel

Isteri Pertama, yaitu: Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputera:
1.    Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang
2.    Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat
3.    Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
4.    Siti Muthmainnah
5.    Siti Hafsah
Isteri Kedua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera:
1.    Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
2.    Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Fatah
3.    Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
4.    Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
5.    Pangeran Tumapel
6.    Raden Faqih (Sunan Ampel 2)

Sejarah Dakwah Sunan Ampel

Syekh Jumadil Qubro (alias Haji Bong Tak Keng), dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.
Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya mengubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja Champa (adik Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.
Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu:
  1. Putri Nyai Ageng Maloka,
  2. Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),
  3. Syarifuddin (Sunan Drajat)
  4. Syarifah, yang merupakan istri dari Sunan Kudus.
Mohlimo[3] atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
  1. Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
  2. Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
  3. Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
  4. Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
  5. Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

Kontak Person

  • Gus Rosyid Bashori
  • HP : +6285647393133
  • WA : 085647393133

Hakekat Mustika

Salam silaturahmi dan terima kasih atas kunjungan Anda. Semoga kunjungan ini dapat lebih mempererat tali silaturahmi dan menjadikan diri kita lebih mengenal tentang keajaiban, keunikan, kedahsyatan dan berbagai misteri keghaiban alam semesta.

Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang batu mustika tarikan ghaib, pusaka keramat, azimat, dan barang mistik spiritual dalam website ini. Perlu kita ingat bahwa benda / barang bertuah tersebut adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Karena tak ada yang sakti, ampuh, bertuah tanpa kehendak-Nya.

Label

 
Hakekat - Pusat Pemaharan Benda bertuah, Batu Mustika Asli dan Azimat Pusaka Ampuh. Batu, Mustika, Benda, Bertuah, Pusaka, Azimat, Khasiat, Antik, Mistik, Ghaib, Ampuh, Khodam, Batu Mustika, Benda Bertuah, Pusaka Bertuah, diantara Koleksi yang kami maharkan Seperti : Batu Mustika Bertuah, Benda Berkhodam Ganas ( Khodam Naga, Khodam Macan, dll) Mustika yang berkhasiat khusus untuk Perjudian, Pengasihan, Pengeretan, Kewibawaan, Kerejekian, Pelarisan, Aura, Pemagaran, Tolak Balak, Popularitas, Mustika Mancing, Karier, Mustika Merah delima Asli, Ketentraman rumah Tangga, Asmara, Buang sial, dll
Support : Copyright © 2011. Hakekat Mustika Bertuah
Mustika Bertuah | Mustika Alam | Mustika Ghaib